Mengoptimalkan
Peluang Koperasi
Dalam tinjauan
peluang, sesungguhnya pada koperasi telah melekat peluang saat koperasi itu
pertama kali berdiri. Dalam konteks pemasaran, kumpulan orang merupakan
kumpulan kebutuhan yang berarti juga kumpulan peluang. Apalagi ketika koperasi menerapkan
prinsip sukarela dan terbuka, maka pertumbuhan jumlah anggota identik pula
dengan peningkatan peluang.
Melalui
komunikasi intensif, ragam peluang berbasis kebutuhan anggota akan terpetakan,
baik peluang berdimensi konsumsi maupun yang berdimensi produktif. Dari
pemetaan ini selanjutnya memasuki tahap penentuan pilihan aktivitas. Sebagai
catatan, ketika melakukan pemetaan pada sisi peluang berdimensi konsumsi, maka
spirit yang diusung adalang “mencerdaskan” penggunaan pendapatan.
Artinya, aktivitas usaha berbasis kebersamaan ini harus berorientasi pada
penciptaan efisiensi kolekif, sehingga anggota merasa lebih diuntungkan.
Sementara itu, pada tindaklanjut peta kebutuhan berdimensi produktivitas
anggota, maka sepatutnya koperasi mengambil tanggungjawab dalam pemberian
support manajemen, teknologi, akses pasar dan akses permodalan. Pada
mekanisme dan pemilihan aktivitas yang demikian, maka relevansi aktivitas
koperasi dengan kepentingan anggota menjadi begitu nyata. Pada titik inilah
kesejahteraan anggota linier dengan pertumbuhan dan perkembangan
koperasi. Inilah yang didefenisikan sebagai kebersamaan berlabel prroduktif,
dimana bergabungnya setiap orang akan memberi implikasi positif bagi
perkembangan dirinya maupun perkembangan organisasinya. Dengan demikian,
anggota tidak akan menjadi korban eksploitasi strategi yang diterapkan oleh
koperasi. Sebaliknya, setiap aktvitas koperasi akan didukung oleh segenap
anggota karena mereka menyadari bahwa apapun yang dilakukan koperasi
sesungguhnya adalah untuk peningkatan kualitas hidup mereka.
Dalam
memanfaatkan peluang, koperasi juga harus menjunjung tinggi etika dimana
aktivitas koperasi jangan sampai melindas apa yang sudah dijalankan oleh
anggotanya, kecuali anggota tersebut melakukan praktek-praktek eksploitatif
yang merugikan sebagian besar anggota koperasi lainnya. Koperasi jangan sampai
bersaing dengan anggotanya, karena koperasi hadir untuk memperkuat kapasitas
anggotanya. Sebaliknya, anggota juga tidak boleh egois sehingga mengorbankan
kepentingan mayoritas anggota lainnya. Kode etik semacam ini lah yang merupakan
contoh lain dari kebijakan dan kebijaksanaan yang selalu di usung oleh
koperasi.
Namun demikian,
koperasi secara kelembagaan bukan di haramkan untuk mengembangkan peluang
lainnya di luar kepentingan anggotanya secara langsung. Misalnya, koperasi
berada di lingkungan yang terdapat peluang pengembangan sebuah usaha potensial.
Kalau memang anggota melihat dan menyepakati hal itu sebagai sesuatu yang harus
ditindaklanjuti bersama, mengapa tidak?. Hanya saja, dalam proses
pengelolaannya tetap memegang tegung nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi
sehingga koperasi tidak kehilangan jati dirinya dan kemudian terjebak pada
praktek eksploitatif.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar